Allah Subhanahu wa Ta'ala menghalalkan pakaian sebagai penutup aurat, juga sebagai perhiasan, tetapi penghalalan tersebut mempunyai batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Berlebihan dalam memanjangkan pakaian bagi laki-laki tidak dibenarkan dalam Islam. Maka kita sebagai orang yang mengaku muslim tidak selayaknya sengaja mengulurkan lengan baju atau pakaian bawah kita dari batas yang ditentukan. Unsur kesengajaan inilah yang dilarang, baik disertai kesombongan (kebanggaan atas mode) ataupun tidak, karena Rasulullah n melarangnya tetapi tentunya tidak sama antara dosa isbal (memanjangkan) dengan disertai kesombongan (khuyalaa) dan yang tidak disertai kesombongan.
Inilah sabda-sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menegaskan masalah isbal:
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah tidak melihat (dengan disertai rahmat) di hari kiamat kepada orang yang menyeret kain sarungnya dengan sombong." (HR.Bukhari-Muslim)
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa menyeret (mengulurkan) pakaian dengan kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya (memperhatikan) di hari kiamat"(Shahih riwayat Abu Daud & At-Tirmidzi) Ungkapan (pakaian) mencakup semua jenisnya, baik kemeja, sarung, celana panjang, atau jenis lainnya. (Subulus Salam 4 : 159)
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Isbal itu ada pada sarung, gamis, dan sorban. Barangsiapa menyeret sebagian darinya dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat." (Shahih riwayat Abu Daud & An-Nasai)
Ketiga hadits di atas memakai taqyid (batasan) dengan kesombongan, tetapi ada juga larangan isbal meskipun tidak disertai kesombongan, (bahkan Isbal itu sendiri sebenarnya sudah mengandung unsur kesombongan (kebanggaan) baik bermaksud sombong atau tidak, apalagi kalau sudah mengikuti trend (mode). Bisa kita simak hadits-hadits berikut ini:
• Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tiga kelompok orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat, dan tidak akan dilihat oleh-Nya, juga tidak akan di bersihkan dan bagi mereka adzab yang pedih." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengulang-ulang perkataan itu tiga kali. Abu Dzar berkata, "Sungguh celaka dan rugi mereka itu! siapa gerangan mereka itu, wahai Rasulullah?" Rasul bersabda: "(1)Al-Musbil (orang yang memanjangkan pakaiannya sampai menutupi mata kaki). (2)Al Mannan (orang yang suka memberi sesuatu, tapi sering mengungkit-ungkit pemberian-nya). (3)Dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah bohong." (HR. Muslim)
• Abu Hurairah radhiyallah 'anhu berkata: Tatkala seorang laki-laki shalat dengan meng-isbalkan kain sarungnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Pergi berwudhulah kamu!" Diapun pergi berwudhu, kemudian datang, Rasul berkata: "Pergilah kamu berwudhu!" Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau menyuruhnya berwudhu kemudian engkau membiarkanya?" Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:"Sesungughnya dia itu shalat dengan mengisbalkan kain sarungnya dan sesungguhnya Allah tidak menerima shalat laki-laki yang Isbal."(Shahih Riwayat Abu Daud)
Jika seorang berkata : "Saya Isbal tanpa kesombongan". Kita katakan bahwa Isbal itu sendiri meski tanpa niat sombong merupakan kesombongan, karena mode itu penuh dengan unsur ini, apalagi jika mengikuti trend mode orang kafir.
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan hindarilah mengisbalkan kain, karena hal itu termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak suka kesombongan." (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud & At-Tirmidzi)
Anda mengatakan isbal itu tidak haram jika tanpa kesombogan, tapi Rasulullah mengatakan bahwa isbal itu sendiri merupakan madzhar (fenomena) kesombongan, meskipun hati kita tidak bermaksud begitu. Mana yang lebih kuat, pendapat anda atau perkataan Rasul? Sedang Rasulullah berbicara berdasar wahyu Allah Ta'ala.
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan : "Kain yang di bawah kedua mata kaki tempatnya di neraka" (Shahih Riwayat Abu Daud)
Jadi, panjang maksimal pakaian (bawah) laki-laki muslim adalah sampai mata kaki saja, tidak boleh lebih dari itu.
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kain laki-laki muslim itu (batasnya) sampai setengah betis dan tidak ada dosa dalam (jarak pemakaian) antara betis dan kedua mata kaki." (HR. Abu Daud dengan Sanad yang shahih)
Ada sebagian orang yang suka isbal dengan berdalil pada kisah Abu Bakar, beliau berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarung saya mengulur (dengan sendiri-nya) keculai kalau saya terus memper-hatikan (dengan) memeganginya." "Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau bukan termasuk orang yang melakukannya dengan disertai kesombongan." (HR. Al Bukhari)
Berdalil dengan hadits ini untuk membolehkan perbuatannya adalah keliru, dia entah lupa atau tidak tahu makna . Makna adalah mengulur dengan sendirinya. Beliau (Abu Bakar) tidak sengaja mengulurkan kain sarungnya, ini tentu saja berbeda dengan yang membuat atau memesan pakaian yang melebihi mata kaki. Janganlah kita mencari alasan-alasan dengan meninggalkan dalil-dalil yang jelas dan shahih.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala melihat orang yang isbal untuk menutupi aib kakinya, beliau langsung memegang ujung kain bajunya serta bertawadhu' karena Allah sambil berkata: "Hamba-Mu …" lalu berkata kepada orang yang mengulurkan kain karena untuk menutup cacat kakinya itu: "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang isbal." (HR. At-Thabrani, para perawinya tsiqat).
Suatu hari Rasul melihat Ubaid Ibn Khalid mengenakan kain panjang dengan melebihi kedua mata kakinya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam langsung mengatakan kepadanya," Apakah kamu tidak mendapatkan contoh dalam diri saya?" (HR. At Tirmidzi & An-Nasa'i)
Jika kita mencintai Rasul, kita harus mengikuti petunjuknya dan jangan mencari-cari alasan yang tidak syari'i.
Ingatlah, seorang sahabat yang memanjangkan pakaian bawahanya, ketika dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Sebaik-baik laki-laki adalah Khuraim Al-Asadiy, seandainya tidak terlalu panjang rambut dan tidak isbal kainnya." Maka tatkala perkataan itu sampai kepada Khuraim, dia langsung memotong rambut (depannya) dan mengangkat kainnya. (HR. Abu Daud, dengan sanad hasan, keculai Qois Ibn Bisyr yang masih diperselisihkan, tapi Imam Muslim telah meriwayatkan hadits lewat beliau)
Itulah kepatuhan Khuraim, dia langsung menanggapi ungkapan Rasul dengan pelaksanaan tanpa mengata-kan "Saya Isbal bukan karena sombong"…Inilah ciri muslim sejati.
Akhirnya, marilah kita renungkan……
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling taqwa dan yang paling jauh dari kesombongan. Beliau orang paling tawadhu', tapi beliau menaikkan atau memendekkan pakaiannya di atas mata kakinya bahkan sampai separuh betis ("Bahwasanya pakaian beliau sampai setengah betis." HR Ahmad, At-Tirmidzi dalam Asy-syama'il dan selain keduanya, hadits ini shahih).
Nah, bagaimana dengan kita? ( Aman Rahman)
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. 24:63)
"Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS. 33:71)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar